Senin, 10 Oktober 2011

STIGMA BURUK BAGI PENDERITA AIDS DI DUNIA


AIDS,singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah kumpulan dari gejala atau infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penyebab dari penyakit ini antara lain adalah hubungan seks yang tidak aman (free sex) dan gonta-ganti pasangan,transfusi darah dan keturunan atau genetik.


Karena penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia maka tidak heran jika AIDS merupakan sangat berbahaya,bahkan hingga kini pun belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Oleh karena itu,AIDS sampai saat ini menjadi suatu masalah kesehatan serius yang dapat menyerang seluruh manusia di dunia.


Dewasa ini,penyakit yang belum ditemukan obatnya ini telah merenggut begitu banyak korban. Korban tidak hanya menderita secara fisik,tetapi mereka pun menderita tekanan psikis yang sering diberikan oleh lingkungan mereka. Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat terhadap pengidap AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas orang yang diduga terinfeksi HIV; diwajibkannya uji coba HIV tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu atau perlindungan kerahasiaannya; dan penerapan karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV. Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk melakukan tes HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau berusaha untuk memperoleh perawatan; sehingga sangat mungkin hal itu mengubah suatu sakit kronis yang dapat dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan menjadikan meluasnya penyebaran HIV.


Stigma AIDS yang sering terjadi di masyarakat dapat dibagi menjadi tiga kategori:
Stigma instrumental AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.
Stigma simbolis AIDS - yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.
Stigma kesopanan AIDS - yaitu hukuman sosial atas orang yang berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.


Stigma AIDS sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama yang berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan penggunaan narkoba melalui suntikan. Di banyak negara maju, terdapat penghubungan antara AIDS dengan homoseksualitas atau biseksualitas, yang berkorelasi dengan tingkat prasangka seksual yang lebih tinggi, misalnya sikap-sikap anti homoseksual. Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan antara AIDS dengan hubungan seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan terjadi antara pasangan yang belum terinfeksi.


Stigma-stigma menyakitkan seperti itu tidak hanya terjadi di negara maju,di Indonesia pun hal itu terjadi. Sering kali penderita AIDS dikucilkan di lingkungan sekitarnya. Mereka telah mendapatkan ‘cap’ bahwa mereka harus dijauhi karena mereka menular atau terkadang mereka dihina karena mereka mengidap AIDS akibat pergaulan bebas. Padahal penyebab penyakit mereka itu mungkin saja bukan akibat dari pergaulan bebas seperti free sex atau narkoba. Sebab masih ada kemungkinan mereka terjangkit karena transfusi darah atau genetik.
Tapi mungkin kenyataan yang ada di Indonesia lebih menyedihkan karena masih banyak orang berpikiran sempit dan kurang pengetahuan yang mengucilkan penderita AIDS. Misalnya kisah nyata dari Immanuel dan ibunya Yanti. Akhir tahun 2003, Yanti dan Nuel terusir dari rumahnya. Alasannya adalah saat dia diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi swasta untuk memperingati hari AIDS. Para tetangga yang menonton acara tahu, lalu meminta pemilik konrakan mengusir Yanti dan Nuel. Yanti ibu Nuel juga mengidap HIV. Saat itu, untunglah ada Baby Jim Aditya, seorang aktivis AIDS yang kemudian menampung Nuel dan ibunya, di rumah Baby di daerah Cilandak. Penderitaan yang dialami Yanti tidak hanya itu. Saat diketahui ia menderita AIDS ,dia dikeluarkan dari PT Penta Adi Samudera tempa ia bekerja. Begitu juga di lingkungan gereja Stephanus Cilandak ia dikucilkan,bahkan Pastur gereja itu merekomendasikan agar Yanti diusir dari rumah orangtuanya. Diskriminasi pun dialami oleh anaknya Nuel.Pernah suatu kali saat Nuel terkena diare,rumah sakit tidak memberikan obat kepadanya.
Lalu ada juga kisah nyata lainnya yang terjadi di negara maju Amerika serikat. Pada 1985, Ryan White diketahui tertular HIV akibat pemakaian produk darah yang terinfeksi HIV. Saat itu usia dia baru 13 tahun dan berstatus sebagai pelajar SMP di sebuah sekolah di satu kota di bagian negara Indiana, Amerika Serikat. Pihak sekolah yang mengetahui White mengidap HIV, lalu mengeluarkannya dan melarang dia masuk sekolah. Sampai akhir hayatnya pada 1990, White terus berjuang mendapat hak-haknya kembali untuk bersekolah. Karena perjuangannya itulah, namanya terkenal di seluruh dunia, meski dia tetap tidak dibolehkan bersekolah. Untuk mengenangnya, pemerintah Amerika Serikat menamakan undang-undang perawatan bagi penderita AIDS di sana, dengan nama Ryan White Care Act. Oleh karena perjuangan mereka,para penderita AIDS ditetapkanlah 1 Desember sebagai Hari AIDS dunia.
Dari kasus-kasus nyata seperti itu dapat diketahui bahwa hampir semua penderita HIV/AIDS dikucilkan. Hal ini tentunya berdampak buruk bagi penderita. Mereka telah merasa bahwa lingkungan tidak menerima mereka,dan mereka merasa pesimis untuk menjalani hidup mereka. Jika mereka sudah memiliki pemikiran seperti itu,akan sulit bagi mereka menjalani hidup mereka dengan semangat. Lalu bagi keluarga mereka pun, pasti akan mendapatkan kucilan dari lingkungan,sehingga banyak dari mereka yang memilih membuang keluarga mereka yang menderita AIDS itu,yang seharusnya diberi dukungan agar dapat menjalani kehidupannya. Selain itu,dampak lain dari kekhawatiran akan dikucilkan menyebabkan banyak orang takut untuk memeriksakan diri atau mengikuti tes HIV/AIDS, sehingga saat mereka sadar bahwa mereka mengidap penyakit mengerikan itu mungkin mereka hanya tinggal menghitung hari.
Selain dari dampak dari segi sosial tersebut, HIV/AIDS juga memberikan dampak lain. Dari segi ekonomi,karena makin banyaknya penderita HIV/AIDS menyebabkan perekonomian suatu keluarga semakin terpuruk. Penyebabnya pastilah urusan membeli obat yang tidak murah untuk sang penderita. Salah satu buktinya adalah penelitian di Pantai Gading yang menunjukkan bahwa rumah tangga dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua kali lebih banyak untuk perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga lainnya. Lalu dari segi kesehatan HIV/AIDS pun tidak hanya memberikan penderitaan di satu gejala. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi penyakit,misalnya Sarkoma Kaposi,kanker leher rahim,dan limfoma.

SOLUSI
Dari dampak negatif tersebut di atas,kita dapat mengetahui betapa menyakitkan penderitaan yang dialami oleh penderita HIV/AIDS untuk bertahan hidup. Tidak hanya penderita itu sendiri,tetapi juga penderitaan yang dialami keluarganya. Oleh karena itu perlu penanganan serius untuk mengatasi penyakit ini,paling sedikit adalah cara untuk mencegah penyakit itu masuk ke tubuh kita dan cara untuk membangun lagi semangat hidup penderita HIV/AIDS.
Pertama,pencegahan menularnya HIV adalah penggunaan kondom saat berhubungan suami istri,tidak gonta-ganti pasangan,tidak menggunakan jarum suntik yang sama saat transfusi darah. Lalu melakukan pendekatan ABC yang dianjurkan pemerintah Amerika Serikat yaitu :
“Anda jauhi seks,
Bersikap saling setia dengan pasangan,
Cegah dengan kondom.”
Kedua,mengurangi pengaruh virus dengan menggunakan terapi antiretrovirus dan pengobatan alternatif seperti akupuntur dan suplemen multivitamin. Dengan cara itu walaupun HIV belum bisa dimusnahkan tetapi setidaknya pengaruhnya berkurang.
Lalu langkah yang harus diambil untuk mengurangi penderitaan psikis yang di alami oleh penderita AIDS adalah berawal dari lingkungan sekitar penderita. Oleh karena itu perlu diberikan suatu bentuk penyuluhan atau seminar tentang HIV/AIDS agar masyarakat tidak ada lagi stigma negatif terhadap penderita AIDS karena kekurangtahuan tentang penyebaran virus HIV. Selanjutnya peranan keluarga pun sangat penting untuk memberikan motivasi kepada penderita,oleh karena itu keluarga harus punya semangat untuk menghadapi tekanan masyarakat,seperti yang dimiliki Yanti.
Kesempatan terakhir bagi penderita yang tidak lagi mempunyai tempat tinggal karena tekanan masyarakat adalah suatu lembaga masyarakat yang menaungi mereka. Contohnya adalah Rumah Cemara, Recovery Center di Bandung lalu beberapa yayasan peduli AIDS seperti milik Baby dan Yayasan Pelita Ilmu di Tebet.

SARAN
Dari permasalahan seperti ini saya ingin memberikan saran antara lain :
1. Sebaiknya masyarakat mulai menyadari bahwa musuh yang harus mereka hindari bukanlah penderita tetapi penyakit AIDS itu sendiri.
2. Keluarga seharusnya memberikan semangat dan memotivasi penderita AIDS semangat menjalani hidupnya.
3. Pemerintah dan lembaga sosial lebih gencar lagi mengadakan seminar atau penyuluhan tentang HIV/AIDS.





source : wikipedia and google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar