BRAND MANAGEMENT
Disusun Oleh :
Kukuh Prasetyo 14111031
Nurma Yulia Cahyani 15111366
Riza Ziana 16111300
Suryati Komalasari 16111956
Fortunata Mary Febriani 12111940
Nurma Yulia Cahyani 15111366
Riza Ziana 16111300
Suryati Komalasari 16111956
Fortunata Mary Febriani 12111940
Universitas Gunadarma
KATA PENGANTAR
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memohon pertolongan dari-Nya,
meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari
kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “macam dan type organisasi” ini sebagai tugas dari
mata kuliah soft skill teori organisasi tepat pada waktunya. Pada
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bpk JULIUS NURSYAM
SIselaku dosen pengampu mata kuliah soft skill teori organisasi 2 yang
telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga makalah ini
dapat selesai tepat pada waktunya.
Akhirnya penulis mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah
ini. Selanjutnya penulis berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat,
terutama bagi yang membutuhkannya.
Jakarta,
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merek (brand) telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap
kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun
nirlaba, pemanufaktur maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal maupun
global. Riset brand selama ini masih didominasi sektor consumer markets,
terutama dalam kaitannya dengan produk fisik seperti barang. Namun
demikian literature merek mulai berkembang pula untuk sektor pemasaran
jasa, pemasaran bisnis dan pemasaran online. Bidang kajiannyapun sangat
beragam, mulai dari sejarah manajemen merek, brand origin, brand
pioneership dan brand name strategy hinggabrand equity, brand extension,
brand loyalty, dan global branding.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Pengertian Brand
2. Brand Campaign
3. Riset Brand Management
1.3 Tujuan Makalah
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas soft skill
teori organisasi #2 sekaligus sebagai literatur tambahan bagi mahasiswa
atau pembaca yang ingin menambah wawasan yang mencakup management
branding.
BAB II
2.1. Pengertian Brand
Brand dapat disebut “pelabelan’. Brand dapat membantu penjualan. Brand
berkaitan dengan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk atau
layanan, yang diyakini tidak saja dapat memenuhi kebutuhan mereka,
tetapi dengan memberikan kepuasan yang lebih baik dan terjamin. Istilah
brand muncul ketika persaingan produk semakin tajam dan menyebabkan
perlunya penguatan peran label untuk mengelompokkan produk dan layanan
yang dimiliki dalam satu kesatuan guna membedakan produk itu dengan
produk pesaing.
Salah satu upaya perusahaan untuk melakukan penetrasi pasar dan
memperkuat produk dan layanan adalah melakukan branding. Istilah ini
cukup popular di kalangan pemasaran karena memberikan efek besar
terhadap peningkatan penjualan. Bahkan demi mempertahankan pangsa
pasarnya beberapa perusahaan bahkan rela menggelontorkan dana yang tidak
sedikit hanya demi menanamkan brand yang kuat di mata masyarakat.
Karena memiliki kaitan yang sangat erat dengan aspek finansial maka
kemudian istilah merek ini disebut denganbrand equity yaitu Net Present
Value (NPV) dari aliran kas masa datang yang dihasilkan oleh suatu
merek. Dengan kata lain, brand equity dihitung berdasarkan nilai
inkremental di atas nilai yang diperoleh produk atau layanan tanpa merek
(unbranded product).
Dalam ilmu akuntansi keuangan merek merupakan aktiva tak berwujud, merek
dibangun oleh banyak faktor dan dikomunikasikan melalui iklan dan
promosi. Shimp (1997) dalam bukunyaAdvertising, Promotion, and
Supplemental Aspects of Integrated Marketing Communicationsmengatakan
bahwa komunikasi pemasaran (iklan dan promosi) merupakan faktor yang
sangat penting untuk membangun merek yang positif. Biaya iklan dan
promosi adalah proxydari merek tersebut. Itulah yang menyebabkan
perusahaan rela mengeluarkan anggaran untuk iklan dan promosi yang
jumlahnya sangat besar hanya untuk mempertahankan merek yang positif.
Ekuitas merek ini didapat dari posisi pasar strategik merek bersangkutan
dan consumer trustterhadap merek tersebut. Trust ini yang kemudian
menciptakan jalinan relasi antara merek dan pelanggan sedemikian rupa
sehingga dapat mengurangi risiko pembelian dan mendorong terciptanya
preferensi merek, loyalitas merek, dan kesediaan untuk mempertimbangkan
produk baru yang ditawarkan perusahaan dengan nama merek yang sama di
kemudian hari.
Pada suatu kesempatan sharing session dengan Vice President Telkomsel
Area 2 Jabotabek Jabar – Bpk. Irwin Sakti – Beliau mengatakan bahwa
Brand memiliki peran penting dalam menjalankan bisnis telekomunikasi
nirkabel ini. Ada banyak warna (brand) yang ditawarkan oleh para pemain
dalam bisnis ini, ada merah, kuning, biru, hitam, dan warna warni
pendatang baru. Tanpa pengaruh brand yang kuat maka pelanggan yang
hendak menggunakan layanan Telkomsel akan mudah terpengaruh oleh brand
dari pemain lain. Maka dari itu disinilah peran para pemasar untuk
menjaga agar warna merah tetap menjadi warna pertama yang dipikirkan
pelanggan. Pernyatan beliau ini merupakan penegasan nyata bahwa dengan
brand yang mengakar kuat maka bisnis ini bisa tumbuh besar sampai saat
ini.
2.2. Brand Campaign
Branding adalah istilah lain dari kegiatan manajemen kampanye produk dan
layanan. Kesuksesan yang diraih oleh kampanye ini didasarkan pada
kemampuan tim pemasaran dalam menentukan strategi promosi dan distribusi
produk secara simultan. Artinya proses branding merupakan hasil
kerjasama yang kompak antara semua bagian terkait, misalnya dalam
industri telekomunikasi ini antara team marketing dengan dealer
management atau dengan department support.
Dalam prakteknya kampanye branding yang terjadi di Indonesia terjadi
dengan begitu frontalnya dan menghabiskan dana dan upaya-upaya extra.
Setidaknya ada dua sektor yang menjadi lahan basah dalam persaingan
branding di Indonesia ini yaitu industri rokok dan industri
telekomunikasi. Dan ini juga terjadi di banyak negara lain seperti yang
saya lihat langsung di Malaysia dan Thailand. Karena besarnya dana yang
digelontorkan perusahaan-perusahaan itu maka tak jarang perusahaan
membutuhkan capital expenditure yang menempati porsi yang sangat besar
dalam anggaran belanja perusahaan, meskipun besarnya biaya untuk
mempertahankan brand tersebut tidak dapat diukur manfaatnya secara
langsung pada masa biaya itu dikeluarkan, manfaatnya bisa dirasakan
tahun depan atau beberapa tahun yang akan datang.
Bila kita amati fenomena branding pada industri telekomunikasi sekarang
ini kita pun bahkan menggelengkan kepala sendiri. Cara-cara beriklan
baik di media cetak dan elektronik maupun di lokasi umum bahkan sudah
tidak mengedepankan etika bisnis yang sehat lagi hanya demi mengejar
tambahan net add dan revenue. Beberapa operator lupa bahwa selain brand
yang melekat dari produk yang ditawarkan mereka ada satu lagi brand yang
juga melekat erat dengan perusahaan yaitu brand image perusahaan.
Alhasil yang terjadi adalah imageperusahaan di mata masyarakat turun
drastis karena produk atau layanan yang ditawarkannya ternyata
mengecewakan pelanggan.
Praktek nyata dapat kita lihat ditingkat operasional, rekan-rekan sales
dan pemasar atau bagian brand harus kerja ekstra hanya untuk
mempertahankan spanduk/layar toko/umbul-umbul atau media promosi lainnya
tetap terpasang ditempatnya keesokan harinya. Kenyataan di lapangan
membuktikan bahwa persaingan yang terjadi sudah seperti hukum rimba –
siapa yang kuat dia yang menang, hari ini dipasang, belum tentu besok
masih ada, atau bahkan sejam kemudianpun belum tentu ada, karena pesaing
sudah mengendusnya secara diam-diam. Itulah makanya brand management
tidak bisa berjalan dengan baik tanpa strategi yang tepat seperti yang
dikatakan Keller KL (2003) dalam bukunya Strategic Brand Management:
Building, Measuring, And Managing Brand Equity.
Beberapa operator bahkan sudah mengalihkan arena branding mereka tidak
sekedar di outlet atau jalan lintas lagi, tetapi juga merambah pada
tempat umum, tempat hiburan bahkan tempat privat seperti sekolah dan
rumah ibadah. Area yang masih sangat eksotis untuk digarap sebenarnya
masih banyak, contohnya yaitu komunitas pelanggan, seperti fans club,
komunitas hobbi, olah raga, arisan, dll. Hal yang sederhana namun sangat
mempesona sebenarnya juga dapat kita lakukan seperti kekaguman saya
pada tulisan raksasa Telkomsel yang ada di Batam, namun kali ini kita
bisa membuatnya di Puncak – Bogor, Bukit Tinggi, Manado, atau Berastagi –
Medan.
2.3 Riset Brand Management
Publikasi Equity Research Danareksa yang dirilis pada bulan Januari 2008
mengatakan bahwa Perusahaan sektor telekomunikasi di Indonesia telah
memasuki era baru persaingan iklan dan promosi, setiap operator
mengklaim dirinya memiliki tariff paling murah. Dibalik kampanye merek
yang menggeliat itu ternyata aspek keuanganlah yang sangat terpengaruh
olehnya. Hal yang paling berpengaruh adalah pendapatan, struktur tariff
yang baru dan besarnya biaya iklan dan promosi atas tariff tersebut
adalah cara operator untuk menarik pelanggan baru dan juga pada saat
yang bersamaan mempertahankan pelanggan existing. Menurut Danareksa
market leader seperti Telkomsel lah yang diuntungkan karena kualitas
dancoverage-nya telah unggul terlebih dahulu.
Beberapa lembaga riset secara continue juga melakukan suvey top brand,
indikator penilaiannya bisanya menggunakan alat ukur luas pengenalan
masyarakat terhadap brand tersebut (mind share & market share) dan
loyalitas pelangan untuk tetap menggunakan brand tersebut (commitment
share). Hasil survey ini bagi sebagian kalangan dianggap sebagai alat
ukur yang tepat untuk menentukan positioning suatu produk di pasaran.
Dan bersyukur Telkomsel meraih predikat Outstanding Achievement sebagai
merek terbaik pada ajang penghargaan bergengsi Top Brand Award 2008,
Predikat tersebut diperoleh berkat keberhasilannya mempertahankan
simPATI dan kartu Halo sebagai kartu pilihan utama selama sembilan tahun
berturut-turut, dari tahun 2000 sampai 2008.
Beberapa survey top brand yang dirilis lembaga lainnya terkadang juga
membingungkan, karena pemenangnya justru brand milik competitor yang
lain. Terkadang pula kita meragukan kualitas survey-surveyan itu karena
kemungkinan terselip kepentingan para pemilik brand tersebut. Namun
meskipun begitu cara-cara survey seperti itu bagi sebagian besar
kalangan masih dianggap cara yang paling tepat mengukur ketenaran suatu
produk di mata masyarakat.
Beberapa hasil riset tersebut dan kenyataan di lapangan merupakan wujud
kerja keras management bersama seluruh karyawan. Kedepan tantangan akan
semakin besar, cobaan akan semakin banyak menerpa, bisnis telekomunikasi
maupun bisnis dalam sector apapaun akan beranjak pada fase persaingan
yang lebih sengit lagi. Tugas para pemasar harus siap siaga dan terus
mempertahankan agar warnanya tetap berkibar dan berjaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah:
1. Brand berkaitan dengan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk
atau layanan, yang diyakini tidak saja dapat memenuhi kebutuhan mereka,
tetapi dengan memberikan kepuasan yang lebih baik dan terjamin.
2. Kesuksesan yang diraih oleh kampanye ini didasarkan pada kemampuan
tim pemasaran dalam menentukan strategi promosi dan distribusi produk
secara simultan.
3. Hal yang paling berpengaruh adalah pendapatan, struktur tariff yang
baru dan besarnya biaya iklan dan promosi atas tariff tersebut adalah
cara operator untuk menarik pelanggan baru dan juga pada saat yang
bersamaan mempertahankan pelanggan existing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar