Senin, 14 Juli 2014

Lupus,Penyakit Seribu Wajah

"Penyakit Seribu Wajah" dan "Si Peniru Ulung". Ini adalah julukan yang sering digunakan para ahli medis untuk menggambarkan Lupus, yaitu penyakit kelainan sistem kekebalan tubuh yang berbahaya dan sulit dideteksi ataupun didiagnosa.

Prof. Dr. Zubairi Djoerban, ahli penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mendefinisikan Lupus sebagai penyakit kronis atau menahun yang membuat zat imunitas tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan dan benda asing dari luar yang masuk ke dalam tubuh.

Dia menjelaskan, dalam ilmu imunologi atau ilmu kekebalan tubuh, penyakit Lupus adalah kebalikan dari kanker atau HIV/AIDS.

"Pada pasien Lupus, produksi antibodi yang seharusnya normal menjadi berlebihan sehingga antibodi itu tidak lagi berfungsi menyerang virus, kuman, dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh, tetapi justru menyerang sel dan jaringan tubuh pasien sendiri," katanya.


Penyakit itu dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah menyerang seluruh organ tubuh atau sistem internal manusia.

Dengan demikian, Lupus disebut sebagai autoimmune disease, yaitu penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan. Namun, Lupus bukanlah penyakit menular, dan belum ada hasil penelitian yang membuktikan penyakit itu dapat diturunkan secara genetis.

"Lupus bukan penyakit yang disebabkan oleh virus, kuman, atau bakteri. Keterlibatan faktor genetik, hormon, dan lingkungan diduga sebagai penyebab Lupus," kata Dr. Zubairi.

Walaupun demikian, dia juga mengatakan Lupus seringkali sulit untuk didiagnosa karena gejalanya yang mirip dengan penyakit umum lainnya, dan penyebab serta pengobatan dari penyakit itu belum diketahui dengan pasti.

"Itulah sebabnya penyakit Lupus disebut sebagai "penyakit seribu wajah" karena gejalanya sama dengan gejala penyakit manapun pada umumnya. Bila penyakit ini menyerang organ jantung maka gejala penyakit akan seperti penyakit jantung," ungkapnya.

Beberapa gejala awal yang dialami pasien Lupus, antara lain sakit pada sendi dan tulang, demam berkepanjangan bukan karena infeksi, anemia, dan cepat lelah.

Sedangkan gejala yang dialami pasien pada tahap lanjut penyakit Lupus, diantaranya bercak merah berbentuk seperti kupu-kupu (butterfly rash), ujung jari berwarna pucat kebiruan, kejang, sakit kepala, stroke, dan keguguran pada ibu hamil.

"Apabila empat dari gejala tersebut terdapat pada seseorang maka segera periksa ke dokter. Jika tidak diketahui sejak dini, Lupus sama berbahayanya dengan kanker, penyakit jantung, maupun AIDS dan bisa menyebakan kematian," ujarnya.

Hal itu karena Lupus dapat menyerang organ tubuh vital seseorang dengan sangat mudah, seperti jantung, ginjal, hati, paru-paru.

Selain itu, akibat sifat dan gejala dari Lupus yang menyerupai penyakit umum lain, diagnosa penyakit ini biasanya diperoleh setelah dokter secara bertahap mempelajari riwayat kesehatan pasien dan menggabungkan berbagai keluhan pasien.

Dokter juga harus menganalisa hasil pemeriksaan laboratorium dan melakukan beberapa pemeriksaan yang berhubungan dengan kekebalan tubuh.

"Sayangnya sampai saat ini belum ada pemeriksaan tunggal yang bisa digunakan untuk menentukan seseorang menderita Lupus atau tidak," tutur Dr. Zubairi.

Namun, dia mengatakan sebagian besar masyarakat Indonesia belum menyadari keberadaan dan bahaya dari penyakit Lupus karena banyak orang tidak mengetahui pasti tentang penyakit ini.

"Banyak juga yang beranggapan Lupus merupakan penyakit langka dan jumlah pasiennya sedikit. Faktanya, pasien penyakit ini cukup banyak dan semakin meningkat," katanya.

Oleh karena itu, menurut dia, sosialisasi tentang penyakit Lupus kepada masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini sehingga si penderita segera mendapat pengobatan atau perawatan yang diperlukan.




sumber : www.antaranews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar